400 Orang Rela Mati di Mars


Planet Mars diproyeksikan menjadi tanah kehidupan baru bagi manusia jika kelak bumi rusak dan tak bisa dihuni lagi. Untuk mewujudkan rencana itu, diperlukan sukarelawan yang berani menjadi perintis pertama kehidupan di planet merah itu.

Jarak Bumi ke Mars yang mencapai sekitar 78 juta km, dapat ditempuh manusia dalam waktu 10 bulan. Namun untuk kembali lagi ke Bumi setelah tiba di sana, sangat kecil, karena selain lingkungan planet yang berjarak 228 juta km dari Matahari itu tak menentu, planet berdiameter 372 mil atau hanya separuh besar Bumi ini juga tidak beroksigen dan tidak memiliki air, sehingga siapapun yang bersedia menjadi sukarelawan, kemungkinan akan menemukan ajal di sana. Apalagi karena di Mars tak ada kehidupan seperti di Bumi.


Namun, ternyata ada yang bersedia menjadi sukarelawan demi mencatatkan diri sebagai orang pertama yang hidup di Mars. Edisi khusus Journal Cosmology, Rabu (12/1/2011), memaparkan, sebanyak 400 orang telah menyatakan diri untuk bersedia diterbangkan ke planet merah itu. Editor Jurnal, Lana Tao, mengaku terkejut dengan fakta ini.

"E-mail yang berisi keinginan menjadi sukarelawan sangat mengejutkan. Awalnya kami mengira ini hanya gurauan, namun setelah menerima banyak surat elektronik yang dilengkapi kualifikasi personal, dan alasan mereka bergabung, kami sadar, mereka serius," kata dia seperti dikutip VIVA dari situs FoxNews.com.


Peter Greaves, salah seorang relawan, kepada FoxNews beralasan begini ; "Aku punya keinginan untuk menjelajahi alam semesta sejak kecil, dan tahu persis seperti apa kerja roket."

Ayah tiga anak ini menambahkan, "Aku membayangkan kehidupan di Mars akan sangat menakjubkan, menakutkan, sepi, sempit, dan sibuk. Tidak seperti di Bumi. Di sana aku tak bisa lagi duduk di tepi sungai, memandang takjub pemandangan alam, memeluk teman-temanku, menarik nafas dalam di udara yang segar. Tapi pengalamanku di sana akan sangat berbeda dari 6 atau 7 miliar orang di Bumi...ini sepadan dengan apa yang kutinggalkan."

Di antara sukarelawan juga ada seorang programer komputer berusia 69 tahun, mahasiswa asal Texas, perawat berusia 45 tahun, pendeta bernama Paul Gregersen, dan pastor Clarno Zion United Methodist Church. Mereka menyatakan diri siap meninggalkan Bumi secara permanen.

"Sejalan dengan makin membludaknya manusia, satu-satunya hal yang masuk akal adalah mengeksplorasi kemungkinan manusia tinggal di tempat lain di alam semesta," kata pendeta Paul Gregersen. "Aku punya firasat, masalah spiritual akan muncul di antara para kru. Para penjelajah awal di Bumi juga selalu membawa ulama."

Namun Albert Horrison, psikolog yang bekerja untuk Badan Antariksa AS, NASA, memperingatkan tak hanya persoalan spiritual yang akan dihadapi para perintis di Mars.

"Ini akan menjadi periode panjang keterisolasian dan kurungan," kata Horrison yang telah mempelajari psikologis astronot sejak 1970.

Ditegaskan dia, kehidupan di Mars tak akan seromantis yang dibayangkan. "Setelah suka cita peluncuran roket, dan sensasi menginjakkan kaki di Mars, akan sangat sulit untuk menghindari depresi. Semua hubungan dengan keluarga, teman, dan segala sesuatu yang akrab, terputus."

Setiap hari, tambah dia, akan berjalan membosankan. Meski dipersiapkan dan dibekali dengan baik dari Bumi, para kru tentu saja akan menghadapi permasalahan tak terduga, yang mungkin tak bisa diatasi. "Satu per satu kru akan tua, sakit, lalu mati."

Horrison mengingatkan, harus ada dukungan publik dan juga politik dalam misi ini. Jika tidak, misi ini hanya akan berakhir dengan kematian.


Tak cukup modal nekat

Siap mental dan berani mengajukan diri sebagai sukarelawan tentu saja merupakan hal yang baik. Namun, tak cukup modal nekat. Juru Bicara NASA, James Hartsfield merujuk pada syarat pengajuan aplikasi astronot yang diposting agen antariksa itu -- meski belum tentu NASA membiayai proyek ke Mars.

Untuk saat ini, persyaratan menjadi astronot adalah: punya gelar sarjana sains, teknik, atau matematika, punya pengalaman profesional.

Para astronot NASA juga harus menjalani 4 sampai 5 tahun pelatihan sebelum terlibat dalam misi luar angkasa. Pelatihan ini termasuk tes fisik yang intensif.

Para calon astronot juga harus mengikuti pelatihan pertahanan air militer sebelum memulai silabus terbang.

Facebook Twitter RSS
 
Welcome In The Mistery Of The WORLD